"PERCAYALAH BAHWA SENYUM ADALAH KEKUATAN TERHEBAT UNTUK MENGUSIR SEMUA MASALAH DAN KESEDIHAN YANG BERSEMAYAM DI DALAM TUBUH INI"

Kamis, 29 September 2011

Pudarnya nilai2 agama pada masyarakat minangkabau


TUGAS AKHIR KESUSASTERAAN
ANALISIS PROSA
ROBOHNYA SURAU KAMI




Oleh:
Alvino Prasetyawan    (10080288)
Prodi Bahasa Indonesia
Sesi (G) Bp 010




Dosen Pembimbing: Dr. Eva Krisna, M. Hum.




Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP)
PGRI Sumatera Barat, Padang
Alamat: Kampus 1 Jln. Gunung Pangilun, Padang
PUDARNYA NILAI-NILAI AGAMA
PADA MASYARAKAT MINANGKABAU
DALAM CERPEN ROBOHNYA SURAU KAMI KARYA A.A. NAVIS

Alvino Prasetyawan
1. Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
Cerita pendek atau cerpen[1] merupakan jenis prosa yang baru berkembang pada [2]zaman modern. Sebagai bagian dari genre prosa yang membedakan cerpen dari jenis prosa yang lain, seperti hikayat dan novel, adalah plotnya yang tidak rumit, tokoh yang terbatas, persoalan yang tidak banyak, dan bentuk karangannya yang pendek.
Sebuah cerpen memiliki tema, pesan moral, dan gaya penulisan tersendiri, sesuai dengan kecenderungan dan kemampuan pengarangnya. Proses penulisan sebuah cerpen cenderung lebih mudah dibanding penulisan sebuah novel, oleh sebab itu genre ini lebih banyak dimanfaatkan oleh para penulis untuk menyampaikan ide dan gagasan mereka kepada khalayak. Sifat cerpen juga sangat elastis dan cepat mengakomodasi persoalan yang sedang berkembang di masyarakat. Cerpen bisa dijadikan gambaran dan cermin sosial mengenai kondisi sosial budaya suatu tempat saat cerpen itu ditulis.
Salah satu cerpen yang cukup dikenal oleh pembaca sastra adalah cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Cerpen Robohnya Surau Kami merupakan karya sastra yang mengangkat tema nilai-nilai agama pada masyarakat Minangkabau. Berbagai nilai agama, seperti akhlak dan iman seseorang kepada Allah, menarik untuk dikaji pada masyarakat Minangkabau yang dikenal taat beribadah.

1.2  Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, masalah[3] penelitian ini[4] adalah
·         Bagaimanakah pergeseran nilai-nilai agama yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau seperti yang digambarkan melalui cerpen Robohnya Surau Kami?

1.3  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah[5] penelitian, yakni:
·         Mendeskripsikan pergeseran nilai-nilai agama yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau seperti yang digambarkan melalui cerpen Robohnya Surau Kami?
1.4  Landasan Teori
Penelitian sastra dengan pendekatan sosiologis pada dasarnya ingin memperlihatkan segi-segi sosial baik di dalam karya sastra maupun di luar karya sastra. Karya sastra dianggap sebagai lembaga sosial yang di [6]dalamnya tercermin keadaan sosial dalam masyarakat. Fokus kajian pendekatan yang bersandar pada teori-teori sosiologi sastra ini diarahkan pada hubungan antara kenyataan dalam karya sastra dan kenyataan di luar karya sastra, apakah kenyataan itu reflektif (mencerminkan) atau refraksi (membiaskan) atas kenyataan dunia faktual atau masyarakat.
Sementara itu, pandangan tentang hubungan karya sastra dengan masyarakat berasal dari anggapan bahwa karya sastra adalah cermin keadaan masyarakat atau cermin suatu zaman; karya sastra adalah refleksi atau refraksi sosial; karya sastra dianggap membayangkan atau membiaskan kehidupan masyarakat (Junus, 1984:57). Sejalan dengan itu, De Bonald mengatakan, ”sastra adalah ungkapan perasaan masyarakat” (Wellek dan Warren, 1989:110). Berdasarkan pendapat itu, sastrawan adalah penyampai perasaan masyarakat. Hal itu juga berarti bahwa karya saastra bukan semata-mata imajinasi sastrawan, melainkan imajinasi berdasarkan kenyataan yang juga dirasakan oleh masyarakat. Cerita rekaan (fiksi) agak dekat dengan peristiwa-peristiwa sehari-hari yang juga diberitakan oleh pers, terutama pada awal perkembangan di Indonesia. Bahkan pengarangnya merasa perlu memberikan keterangan bahwa cerita tersebut berdasarkan peristiwa nyata (Damono, 2000:19-20).
Pembicaraan tentang hubungan antara karya sastra dengan realitas atau kenyataan selayaknya dimulai juga dari zaman Yunani Kuno terutama yang berhubungan dengan dua tokoh terkenal bangsa itu, yaitu Plato (428-348 SM) dan Aristoteles (348-322 SM). Keduanya adalah filsuf yang banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan ideologi di seluruh dunia.
2. Metodologi Penelitian
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2011. Penelitian ini merupakan penelitian mandiri[7].
2.2 Bahan dan Cara Pengumpulannya
Data pada penelitian ini adalah cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis. Cerpen yang mendapat penghargaan National Best Seller ini merupakan terbitan PT Gramedia Pustaka Utama tahun 1986 cetakan ke 1 koleksi pribadi[8].
2.3 Metode Analisis Data
Data dianalisis dengan metode pemahaman dan penafsiran dalam kerangka kritik sastra. Dalam sastra dan filsafat, metode pemahaman (verstehen) disejajarkan dengan penafsiran (hermeneutika). Aspek-aspek pergeseran nilai-nilai agama pada masyarakat Minangkabau, seperti: akhlak dan iman seseorang kepada Tuhannya, melalui penokohan (watak toko) dan peristiwa yang dialaminya.

3. Pembahasan (Temuan Penelitian)
Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, muncul suatu fenomena baru mengenai kehidupan masyarakat yang berbeda dengan nilai-nilai agama yang ideal dalam kehidupan masyarakat. Tampak jelas pergeseran nilai-nilai agama yang terjadi dalam cerpen Robohnya Surau Kami.
Sejalan dengan pandangan bahwa karya sastra merupakan cerminan masyarakat, esensi sastra sebagai cerminan agama juga tidak bisa diabaikan. Aplikasi agama dalam cerpen Robohnya Surau Kami merupakan fenomena yang sangat menarik karena ada hal yang baru didalamnya. Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, masalah agama diangkat melalui pertentangan antara akhlak seseorang yang dijalankan para tokoh yang dianggap sebagai tokoh atau panutan masyarakat. Berikut ini akan dibahas masalah pergeseran nilai-nilai agama yang terdapat dalam cerpen Robohnya Surau Kami.
3.1 Ringkasan Cerita
Cerpen Robohnya Surau Kami mengisahkan tentang kehidupan Kakek penjaga Mushola yang tertekan batinnya setelah mendengar cerita Ajo Sidi mengenai kehidupan akhirat. Kakek bingung, ”apakah perbuatannya selama ini dapat menjamin ia masuk surga atau tidak?”
Ajo Sidi memulai ceritanya: pada suatu waktu di akhirat, di [9]antara orang-orang yang diperiksa Tuhan Allah tentang perbuatan orang-orang tersebut selama di dunia, terdapat nama Haji Saleh. Haji Saleh yang sudah merasa begitu yakin bahwa ia akan masuk surga. Ketika dilihatnya orang-orang yang masuk neraka, bibirnya menyunggingkan senyum ejekan, dan ketika ia melihat orang yang masuk surga, ia melambaikan tangan, seolah hendak mengatakan ’selamat bertemu nanti’. Akhirnya tibalah giliran Haji Saleh, sambil tersenyum bangga ia menyembah Tuhan. Lalu Tuhan mengajukan pertanyaan pertama.
’Engkau?’ ’Aku Saleh. Tapi karena aku sudah ke Mekkah, Haji Saleh namaku.’ ’Aku tidak tanya nama, nama bagiku tidak perlu. Nama hanya buat engkau di dunia.’
’Ya, Tuhanku.’ ’Apa kerjamu di dunia?’ ’Aku menyembah engkau selalu, Tuhanku.’
’Lain?’
’Setiap hari, setiap malam. Bahkan setiap masa aku menyebut-nyebut nama-Mu. Seperti itulah selanjutnya, ia selalu menjawab perbuatan baiknya yang berhubungan dengan kehidupan akhirat saja. Hingga akhirnya Haji Saleh dimasukkan ke neraka oleh Tuhan Allah.
Alangkah tercengangnya Haji Saleh, karena di neraka itu banyak teman-temannya yang tak kurang ibadatnya dari dia sendiri. Akhirnya Haji Saleh beserta teman-temannya yang tidak terima dimasukkan ke neraka, melakukan protes kepada Tuhan. Ketika sudah bertemu dengan Tuhan, ia menjelaskan kedatangannya, kemudian ia menjelaskan segala kelakuan baiknya di dunia ini. ’Haji Saleh berharap bahwa Tuhan telah silap memasukkannya ke neraka’.
Engkau selalu berbuat baik, tapi kenapa engkau biarkan dirimu melarat, hingga anak cucumu teraniaya semua. Sedang harta bendamu kau biarkan orang lain mengambilnya untuk anak cucu mereka. Dan engkau lebih suka berkelahi antara kamu sendiri, saling menipu, saling memeras. Aku beri kau negeri yang kaya raya tapi kau malas. Kau lebih suka beribadat saja, karena beribadat tidak mengeluarkan peluh, tidak membanting tulang. Engkau kira aku ini suka pujian, mabuk disembah saja! Hai, Malaikat, halaulah mereka ini kembali ke neraka. Letakkan di keraknya!
Semua jadi pucat pasi tak berani berkata apa-apa lagi. Tahulah mereka sekarang apa jalan yang diridai Allah di dunia ini. Kemudian Haji Saleh bertanya pada Malaikat yang menggiring mereka itu. ’Salahkah menurut pendapatmu kalau kami menyembah Tuhan di dunia?’ Tanya Haji Saleh.
”Tidak. Kesalahan engkau, karena engkau terlalu mementingkan dirimu sendiri. Kau takut masuk neraka, karena itu kau taat bersembahyang, tapi engkau melupakan kehidupan kaummu sendiri, melupakan kehidupan anak istrimu sendiri, sehingga mereka kucar-kacir selamanya.”
Demikianlah cerita Ajo Sidi itu. Cerita yang memurungkan Kakek. Kesokkan harinya, Kakek ditemukan meninggal di suraunya dalam keadaan yang mengerikan, ia menggoroh lehernya dengan pisau cukur.
Kini surau itu tanpa penjaganya, hingga anak-anak mengunakannya sebagai tempat bermain untuk memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari.
3.2 Pergeseran Nilai-Nilai Keagamaan
3.2.1 Akhlak
Akhlak ialah sejumlah mabda’ (prinsip) dan nilai yang mengatur perilaku seorang muslim, yang dibatasi oleh wahyu untuk mengatur kehidupan manusia dan menetapkan pedoman baginya demi merealisasikan tujuan keberadaannya di muka bumi ini, yaitu beribadah kepada Allah SWT, untuk meraih kebahagiaan dunia dan akhirat (Mahmud, 1996:95).
Pergeseran agama dalam cerpen ini mengenai akhlak terjadi pada Ajo Sidi yang sering mempengaruhi iman seseorang dengan cerita-cerita yang ia buat sendiri. Salah satunya ialah cerita yang ia buat untuk Kakek mengenai kehidupan akhirat, hingga akhirnya kakek meninggal dalam keadaan yang mengenaskan (Navis, 1986:5-13).
3.2.2 Iman Kepada Allah
Rasulullah Saw. pernah bersabda, ”amal yang paling dicintai Allah adalah iman kepada Allah.” Iman kepada Allah adalah tauhid, yaitu beribadah hanya kepada Allah. Tauhid terbagi tiga, salah satunya, tauhid uluhiyyah. Yakni tauhid kepada Allah yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan manusia, seperti shalat, menyembelih, nadzar, doa, berharap, takut, tawakal, senang, benci, tobat, minta tolong, dan minta petunjuk (Adnan, 2004:19).
Pergeseran agama dalam cerpen ini mengenai iman kepada Allah, terjadi pada Kakek yang bunuh diri di dalam Mushola, padahal bunuh diri dilarang oleh agama Islam.
[10]Dan besoknya, ketika aku mau turun rumah pagi-pagi, istriku berkata apa aku tak menjenguk. ”siapa yang meninggal?” tanyaku kaget.
”Kakek.” (Navis, 1986:12).
Hal ini juga terjadi kepada masyarakat setempat yang tidak mengurus Mushola sebagaimana mestinya, setelah Kakek meninggal.
[11]Dan tinggallah surau ini tanpa penjaganya. Hingga anak-anak menggunakannya sebagai tempat bermain, memainkan segala apa yang disukai mereka. Perempuan yang kehabisan kayu bakar, sering suka mencopoti papan dinding atau lantai di malam hari (Navis, 1986:2).
Dengan demikian, cerpen Robohnya Surau Kami telah menyampaikan kritik sosial karena telah terjadi pergeseran nilai-nilai agama ditengah masyarakat Minangkabau.

4. Simpulan dan Saran
4.1  Simpulan
Berdasarkan analisis yang dilakukan terhadap cerpen Robohnya Surau Kami karya A.A. Navis, memang telah terjadi pergeseran nilai-nilai agama dalam masyarakat Minangkabau, pergeseran nilai-nilai agama yang terjadi yaitu: akhlak dan iman kepada Allah.
4.2 Saran
Pergeseran nilai-nilai agama dalam cerpen Robohnya Surau Kami sengaja dimunculkan oleh pengarang sebagai kritik sosial atas kegelisahannya terhadap kecenderungan yang berlaku di tengah masyarakat Minangkabau, ditempat ia dibesarkan. Bila hal ini telah diterima di kalangan pembaca sebagai suatu hal yang mesti ”diluruskan” kembali, maka kritikan itu memberikan manfaat bagi masyarakat pembaca, khususnya Minangkabau.
Semoga apa yang terjadi pada masyarakat waktu itu tidak terjadi pada generasi selanjutnya. Semestinya generasi muda lebih mengerti arti dari sebuah agama dan menjaga apa yang dititipkan oleh Allah SWT.








DAFTAR PUSTAKA
Atmazaki. 2007. Ilmu Sastra. Padang: UNP Press
Navis, A.A. 1986. Robohnya Surau Kami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Mahmud, Ali Abdul Hamid. 1996. Karakteristik Umat Terbaik. Jakarta: Gema Insani Press
Tharsyah, Adnan. 2004. Manusia-Manusia Yang Dicintai Allah. Bandung: PT Mizan Pustaka


[1] Sebelumnya memakai tanda(,) kini tidak.
[2] Kata masa diganti dg zaman.
[3] Masalah-masalah menjadi masalah karena hanya 1.
[4] Penelitiannya menjadi penelitian ini.
[5] Masalah-masalah menjadi masalah.
[6] Didalamnya menjadi di dalamnya, harus memakai spasi karena menandakan tempat.
[7] Pribadi menjadi mandiri.
[8] Harus diberi keterangan tahun terbit dan koleksi siapa.
[9] Diantara menjadi di antara, harus memakai spasi karena menunjukkan tempat.
[10] Ukuran huruf harus sama.
[11] Ukuran huruf harus sama.

Tidak ada komentar: